Senin, 04 April 2011

[OneShot] Chocolate – Strawberry

Di dunia ini, selalu ada sebuah hal yang tak terkira manisnya. Dan bagiku, hal itu adalah persahabatan.
Namun, di dunia ini juga selalu ada hal yang membuatku merasa terhenyak tak percaya akan sebuah rasa perih yang tak terkira. Dan bagiku, hal itu adalah persahabatan.

Ini hanyalah sekelumit curahan hati yang hina.
Seberkas kenangan mengenai sebuah hal yang sangat manis sekaligus sangat menyakitkan.
Sebuah untaian kata tak bermakna.
Sebuah hal yang selalu mengingatkanku pada ‘dia’.

***
“Segelas coklat hangat”, ucap Nara sambil menutup buku menu yang ada di cafe itu. Pelayan di hadapannya mengangguk pelan dan beranjak kembali ke dapur untuk membuat pesanan pelanggannya itu.
Nara menghela nafasnya dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela cafe. Sesekali pandangannya terfokus ke beberapa mobil yang berlalu lalang di jalan raya ataupun ke beberapa pejalan kaki yang berjalan di trotoar. Macam-macam ekspresi mereka, ada yg terlihat tergesa namun ada pula yang terlihat santai dan mengobrol bersama temannya.
Lagi-lagi Nara masih termenung lama. Sejenak kemudian, kepalanya menoleh ke arah bangku dihadapannya. Bangku itu…kosong. Tak ada siapapun di depannya kali ini. Tak ada ‘dia’.
‘Dia’ yang selalu tertawa sambil meminum susu strawberrynya..
‘Dia’ yang selalu setia mendengarkan curahan hati Nara setiap waktu..
‘Dia’ yang selalu berkata, “Ya. Kau dan aku adalah sama”..

Nara mendesah kecil dan mengeluarkan handphone LG Lollipop berwarna merahnya. Sekaligus memasangkan headphone buttons berwarna putih ke telinganya itu. “Ulljima..“, bisik Nara dengan suara lirih saat ia merasakan kelopak matanya memanas dan segenang air mata yang telah siap jatuh meluncur untuk membuat sungai kecil di pipinya.
Tangannya beralih membuka flip benda mungil itu dan menekan tombol untuk membuak sebuah folder di dalamnya. Folder musik..
Now Playing..
“Super Junior – Happiness”
Sebuah lagu yang selalu bisa membuatnya merasa kembali ke masa lalu.

Ke saat dimana dia merasa bahwa ia memiliki 1 sosok lain yang serupa dengannya..
Ke sebuah masa dimana ia merasa bahwa jika seseorang itu sakit maka ia akan merasakan hal yang serupa, begitupun seterusnya..
Ke satu waktu dimana ia merasa bahwa ia merasa bahwa ia tak selalu sendirian..

“Yaksokdwen shigani wassuhyo geudae ape issuhyo dooryuhwoome woolgo ijjiman..”
(The time came for us to meet. You are in front of me, crying with nervousness..)
“Noonmooreul dakkajoouhssuhyo geuddae nae sonjabajjyo iruhnalguhya..”
(I dried your tears. then I held your hand..)
“Hamkke haejoon geudae ege haengbogeul..”
(I’m going to rise and give you, whose been with me
happiness..)
***
“Kadang aku bisa melakukan hal gila, Nara-ya..”
“Kau memang gila, ‘kan? Dan orang gila memang berhak bertindak gila.”
“Ya~ aku tidak bercanda! Setidaknya seriuslah sedikit.”
“Ahaha~ arasseoyo. Mianhae~ memangnya apa yang mau kau bicarakan? Hal gila apa yang selalu kau lakukan?”
“Membawa gunting ke kelas dan melakukan hal yang tidak biasa..”, jawabnya dengan pandangan muram dan membuat Nara terhenyak untuk sejenak. Masih tak percaya dengan ucapan gadis dihadapannya itu. “Kau..bercanda ‘kan?”
Ia menggeleng lagi, “Aku tak bercanda. Aku memang tak seceria seperti yang terlihat sekarang. Aku..gadis yang berbeda dengan yang kau ketahui selama ini. Kau menyesal ‘kan sudah mengenalku?.”
Nara menyesap milkshake coklat di hadapannya itu tanpa mengatakan apapun. Namun detik berikutnya, ia menggeleng pelan. “Aniya. Gwenchanha. Aku juga suka mencorat coret tanganku dengan pulpen, kadang hingga berdarah. Tapi..biasa saja”, ucapnya dan terkekeh pelan. “Kurasa jika seseorang sedang emosi, dia bisa melakukan apapun. Bahkan hal ekstrim sekalipun. Jadi, yah..tak masalah untukku.”
Gadis itu menggeleng kecil dan memegang tangkai gelas dari jus strawberrynya. “Aku berbeda. Ini bukan sebuah masalah yang bisa diselesaikan dengan ucapan bijaksana seperti itu. Bahkan teman sebangkuku pun langsung merasa merinding setiap kali aku sudah kehilangan kendali dan memainkan gunting itu. Kau pasti akan merasa takut, Nara-ya.”
Nara kembali mendesah kecil dan mengaduk milkshake di gelasnya itu dengan sedotan yang ia pegang. Matanya beralih menatap gelas berisi jus strawberry milik gadis di hadapannya itu.
Strawberry – Chocolate
2 hal yang sangat berbeda bukan?
Nara benci strawberry, sangat amat benci.
Dan gadis itu sangat membenci chocolate.
Tapi entah kenapa 2 hal yang berbeda itu bisa membuat mereka merasa satu.

“Kehabisan kata-kata untuk menghiburku?”, katanya sambil meminum jus strawberry itu dari sedotannya. Nara menggeleng ringan dan mengeluarkan ipodnya kemudian memutarkan lagu Super Junior – Happiness.
“Jika aku jadi teman sebangkumu, aku akan mengeluarkan ipod’ku dan menyodorkan headphone kearahmu. Lalu aku akan bilang, “mau dengar? Ini lagu yang selalu bisa membuatku tersenyum“. Pasti kau akan tersenyum juga sehabis itu. Aku yakin”, ucap Nara sambil memakai sebelah earphone itu ke telinganya dan menyodorkan yang sebelah lagi kepada gadis itu. “Jadi..mau dengar?”, tanyanya sambil tersenyum kecil.
Gadis itu mengambil earphone itu dan memasangkannya ke telinganya. Detik berikutnya, ia langsung terkekeh pelan.
“See? Betul ‘kan? Kau pasti akan tersenyum setelah mendengar lagu ini!”, ucap Nara dengan antusias. Gadis itu menggeleng, “Aku hanya teringat wajah Eunhyuk saat menyanyikan lagu ini. Dia..sangat lucu”.
Nara memanyunkan bibirnya, “Kau beruntung. Aku? Kyuhyun sedang dalam masa pemulihan saat promosi lagu ini. Padahal aku ingin melihatnya ber-aegyo. Aish~.”
Selama beberapa saat, tak ada yang memulai pembicaraan. Keduanya seperti terhanyut oleh lirik dari lagu itu. “Hei..”, tiba-tiba gadis itu berucap pelan dan membuat Nara menoleh ke arahnya dan kembali memfokuskan pandangannya, “hmm?”, gumam Nara.
“Kau tahu kan bahwa setiap pertemuan itu selalu ada perpisahan?”, tanyanya sambil mengaduk-aduk jus strawberrynya. Nara menggumam mengiyakan. Gadis itu melanjutkan ucapannya lagi, “bahwa di balik kata ‘hello..”, selalu akan tersirat kata “goodbye..”. Cepat atau lambat pasti akan terjadi”.
Nara menatapnya dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan, “Oh, c’mon. Jangan selalu membuatku merasa galau. Cobalah untuk berfikir positif untuk sekali saja”, timpalnya.
“Listen, we’re eternal twin, right?”, tanya Nara dengan nada serius. Matanya menatap ke arah gadis di hadapannya itu, “Iya ‘kan?”, tanyanya lagi, seakan mendesak meminta jawaban.
Gadis itu mengangguk kecil, “Aku..hanya takut kehilanganmu. Sahabatku, seseorang yang bisa mengerti aku, seseorang yang..sama sepertiku.”, ucapnya lirih. Nara tersenyum kecil dan menggenggam tangannya dengan erat, “Kau dan aku akan bersama selamanya. Seperti yang kubilang tadi, we’re eternal twin. That’s it”.
“Yes. I’m your twin.”
***
Nara membiarkan otaknya mengulang memori itu. Kejadian bersama ‘dia’, seseorang yang terlalu ia sayangi. Tanpa ia sadari, kini air matanya meluncur pelan dan membentuk sungai kecil di pipinya.
Now playing..
SNSD – My Best Friend
Nara hanya bisa mendengar sayup-sayup dari lirik lagu itu. Lagi-lagi ada hal yang membuatnya teringat padanya..
***
“Aku tak suka SNSD. Mereka terlalu..yah, begitulah.”
Nara mengecilkan volume musik yang melantun dari handphonenya dan menatap gadis itu dengan tatapan santai, “Oh, jinjjayo? Sayang sekali, padahal aku sangat suka dengan Seohyun”, ucapnya ringan.
Gadis itu mengerucutkan bibirnya, “Yah, sebenarnya itu hakmu, sih..”, ucapnya dengan nada berat, seakan masih sulit untuk menerima ucapannya sendiri.
Nara terkekeh pelan dan mengganti lagu di winamp handphonenya itu ke lagu Super Junior – One Love. “Santai saja. Biarpun kau safer, tapi kita sama-sama elf, kan?”, tanyanya. “Menurutku itu yang lebih penting. Kita sama-sama elf. Jadi kurasa tak perlu mempermasalahkan mengenai perbedaan kita.”
Gadis itu mengangguk senang dan bertepuk tangan beberapa kali, “Ah~ rap Eunhyuk sangat keren~.”
Nara langsung menyela, “Suara Kyuhyun lebih keren.”
“Yaa~ Eunhyuk paling keren!”
“Kyuhyun!”
****
“Ini cokelat hangatnya, nona”, tiba-tiba suara pelayan dan suara dentingan gelas yang ditaruh di atas mejanya itu bisa membuat Nara tersadar untuk sejenak.
“Ah, ne. Kamsahamnida“, ucap Nara sambil menyeka air mata di pipinya. Pelayan itu mengangguk kecil dan kembali beranjak ke dapur.
Syukurlah pelayan itu tak bertanya macam-macam saat melihatnya menangis seperti barusan. Nara tak ingin ada pertanyaan lagi mengenai hal ini. Ia sudah cukup muak mengenai semua pertanyaan itu.
***
“Kenapa seperti ini?”
Nara menggeleng, “Entahlah, onnie. Aku juga tidak paham kenapa bisa seperti ini.”
“Tidak bisakah masalah ini dibicarakan baik-baik? Kalian berdua dulu sangat dekat, Nara-ya”, suara Hyori yang terdengar sangat khawatir itu malah semakin membuat Nara merasa kalut.
Gadis itu meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.
“Dia bilang, aku melakukan satu kebohongan. Tapi, aku tak tahu apa kebohonganku sendiri, onnie. Aku selalu berusaha jujur padanya.”, Nara menjawab sambil menggigiti kukunya, sebuah kebiasaan jika dia sedang merasa gelisah.
“Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?”
“Entahlah. Aku juga..bingung.”
****
Dan kini Nara duduk di tempat ini. Sebuah tempat yang selalu membuatnya teringat akan kenangan manis itu.
5 bulan berlalu tanpa terasa. Tak ada telefon, SMS, atau kabar apapun darinya.
Nara bukannya tak memiliki inisiatif untuk menghubunginya duluan. Bukan itu. Ia hanya tak ingin mengganggunya lagi. Dan sejujurnya, Nara tak ingin membuka luka lama itu lagi.
Selama 5 bulan, luka itu mulai tertutupi oleh berbagai kesibukannya di sekolah.
Selama 5 bulan, Nara mencoba tersenyum biarpun senyuman itu belum sepenuhnya keluar tulus dari dalam hatinya sendiri.
Selama 5 bulan, Nara mencoba untuk melupakannya.

Nara menyesap cokelat hangat dihadapannya itu dengan tatapan nanar. Rasa cokelat ini masih sama, tak ada yang berubah. Bahkan untuk sedikitpun, sama sekali tak ada yang berubah.
“Selamat datang”, suara sapaan ramah dari pelayan itu sama sekali tak membuat Nara bergeming dari tempatnya. Ia masih sibuk termenung, memikirkan sesuatu yang bahkan ia masih bingung untuk meruntutkan bagaimana awalnya.
“Satu jus strawberry.”
Hanya satu ucapan itulah yang membuat kepala Nara menoleh secepat kilat. Diarah jam 11 dari tempatnya berada sekarang, sudah ada 2 gadis yang duduk berhadapan dan tertawa riang. Sepertinya mereka berdua sangat asyik dengan pembicaraannya sendiri.
“Kau tak bosan dengan strawberry?”, tanya salah satu diantara keduanya. Tatapan mata Nara masih tak bisa lepas dari gadis yang ditanya itu, 5 bulan berlalu dan..dia sama sekali tak berubah.
“Aku..benci cokelat”, jawabnya singkat. “Dan aku benci dengan apapun yang menyangkut tentang cokelat.”
Nara menyadari jika pupil matanya melebar saat ia mendengar kata-katanya. Nara tak bisa memungkiri jika nafasnya menjadi sesak saat ucapan itu terucap dari bibirnya. Nara merasa..sakit.
“Cokelat itu..aku”, ucapnya lirih dan mencoba untuk tersenyum kecil. “Dan jika kau membenci cokelat, berarti kau membenci..aku. Keurayo?“, tanyanya, seakan lebih pada dirinya sendiri.
Akhirnya Nara meneguk cokelat di gelasnya itu dengan cepat. Sekali teguk. Tak peduli biarpun suhu coklat itu masih sedikit panas, biarlah..akan lebih baik jika minuman itu membakar tenggorokannya.
Oh, mungkin akan lebih baik jika minuman itu adalah racun yang bisa membuatnya mati.
Tapi kenyataannya, minuman yang diminumnya itu hanyalah coklat hangat. Tak akan bisa membuatnya mati, namun hanya membuatnya mengingat akan kenangan itu. Lagi dan Lagi.
Nara menaruh gelas itu di atas mejanya dan menaruh beberapa lembar uang untuk membayar pesanannya itu. Ia bangkit dari bangkunya dan beranjak meninggalkan cafe itu. Tanpa sekalipun berniat melirik ke arah gadis itu.
Nara hanya berjalan lurus menuju pintu keluar dan berharap saat kakinya memijak sebuah ruang di luar restoran itu, maka pada saat itu juga dia akan meninggalkan semuanya. Meninggalkan semua kenangan itu. Membiarkan ia pergi dan hidup di dunianya sendiri, begitupun dengan Nara.
Saat Nara telah berada di luar restoran, ia langsung menghela nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
DDRRTT..DDRRTT..
Handphone Nara bergetar pelan. Ah, sebuah message baru dari chat di blackberry messengernya.
Ririn_Park :
Kenapa sepi sekali disini? Kalian dimanaa?
Haejin_Lee :
Aku sedang luluran, onnie. Ah, nikmatnya. Surga dunia~
Ririn_Park :
Aishh~ curang! Kenapa cuma sendiri?! Aku juga mau ikut!!
Haejin_Lee :
Mau? Kesini saja~ Aku tunggu ya~ Ajak Nara juga
Ririn_Park :
Ah, keurae. Dimana Nara? Naraaa~
Haejin_Lee :
Naraaa~ main yuk..
Ririn_Lee :
Haejinnn~ -__- jangan bercanda..
Haejin_Lee :
Hehehehe~ :3
Nara tersenyum simpul saat membaca isi chat itu. 2 onnienya itu..selalu saja melakukan suatu hal yang membuatnya lupa akan satu hal yang membuatnya sedih.
Nara_Kwan :
Ya, nanti aku menyusul. @Ririn onnie : duluan saja. @Haejin onnie : kalau aku kesana, onnie yang mentraktirku, ‘kan? :3
Ya..
Mulai saat ini, Kwan Nara adalah Kwan Nara.
Ia hidup untuk dirinya sendiri, tidak untuk siapapun.
Dia memiliki dunianya sendiri, dan Nara bahagia dengan dunianya ini.
Ia akan mencoba untuk menata segalanya dari awal, tanpa ‘dia’.
Dan, semoga semua itu berhasil, biarpun Nara itu bahwa itu pasti akan sulit untuk dilakukan.
“Hah~..”, Nara menghela nafas dan tersenyum kecil, “Senang bisa mengenalmu, nona strawberry.”
***
Hanya satu pesan untuk kalian yang memiliki sahabat..
Tidak ada segala sesuatu yang abadi.

Aku tak pernah memaksa kalian untuk selalu menjaganya, karena jika ia memaksa untuk pergi..kau tak punya hak untuk menahannya. Biarpun dengan segala kenangan manis yang kalian miliki berdua.
Nikmatilah ia selagi kau bisa meraihnya dan saat ia memutuskan untuk pergi, maka lepaskanlah. Biarkan ia pergi dan menemui kehidupan lain. Dan biarkan hati kita juga ‘lepas’ dari semua kenangan itu. Temuilah orang lain.
Percayalah bahwa Tuhan selalu memberikan pengganti dari segala sesuatu yang kita telah kita ‘lepas’kan.
Tapi tetap ada satu hal yang tak boleh kau lepaskan.. Kenangan, all memories ’bout you two. Jagalah ia dan biarkan tersimpan rapi dalam kotak pikiranmu. Biarkan kenangan itu menjadi sedikit pelepas rindu saat kau merindukan ia yang telah kau lepas.
Once again, nice to know you, Ms.Strawberry. Always be the precious jewel for your Mr.Anchovy.
And I’m still here, stay.. Just stay.. I don’t know what it means. Is it means I’m still waiting for you? Or is it means I already gave up ’bout ‘us’? I don’t know..
Sorry,
Kwan Nara
-END-

 credit : http://miracleperfection.wordpress.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar