Senin, 04 April 2011

[OneShot] Chocolate – Strawberry

Di dunia ini, selalu ada sebuah hal yang tak terkira manisnya. Dan bagiku, hal itu adalah persahabatan.
Namun, di dunia ini juga selalu ada hal yang membuatku merasa terhenyak tak percaya akan sebuah rasa perih yang tak terkira. Dan bagiku, hal itu adalah persahabatan.

Ini hanyalah sekelumit curahan hati yang hina.
Seberkas kenangan mengenai sebuah hal yang sangat manis sekaligus sangat menyakitkan.
Sebuah untaian kata tak bermakna.
Sebuah hal yang selalu mengingatkanku pada ‘dia’.

***
“Segelas coklat hangat”, ucap Nara sambil menutup buku menu yang ada di cafe itu. Pelayan di hadapannya mengangguk pelan dan beranjak kembali ke dapur untuk membuat pesanan pelanggannya itu.
Nara menghela nafasnya dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela cafe. Sesekali pandangannya terfokus ke beberapa mobil yang berlalu lalang di jalan raya ataupun ke beberapa pejalan kaki yang berjalan di trotoar. Macam-macam ekspresi mereka, ada yg terlihat tergesa namun ada pula yang terlihat santai dan mengobrol bersama temannya.
Lagi-lagi Nara masih termenung lama. Sejenak kemudian, kepalanya menoleh ke arah bangku dihadapannya. Bangku itu…kosong. Tak ada siapapun di depannya kali ini. Tak ada ‘dia’.
‘Dia’ yang selalu tertawa sambil meminum susu strawberrynya..
‘Dia’ yang selalu setia mendengarkan curahan hati Nara setiap waktu..
‘Dia’ yang selalu berkata, “Ya. Kau dan aku adalah sama”..

Nara mendesah kecil dan mengeluarkan handphone LG Lollipop berwarna merahnya. Sekaligus memasangkan headphone buttons berwarna putih ke telinganya itu. “Ulljima..“, bisik Nara dengan suara lirih saat ia merasakan kelopak matanya memanas dan segenang air mata yang telah siap jatuh meluncur untuk membuat sungai kecil di pipinya.
Tangannya beralih membuka flip benda mungil itu dan menekan tombol untuk membuak sebuah folder di dalamnya. Folder musik..
Now Playing..
“Super Junior – Happiness”
Sebuah lagu yang selalu bisa membuatnya merasa kembali ke masa lalu.

Ke saat dimana dia merasa bahwa ia memiliki 1 sosok lain yang serupa dengannya..
Ke sebuah masa dimana ia merasa bahwa jika seseorang itu sakit maka ia akan merasakan hal yang serupa, begitupun seterusnya..
Ke satu waktu dimana ia merasa bahwa ia merasa bahwa ia tak selalu sendirian..

“Yaksokdwen shigani wassuhyo geudae ape issuhyo dooryuhwoome woolgo ijjiman..”
(The time came for us to meet. You are in front of me, crying with nervousness..)
“Noonmooreul dakkajoouhssuhyo geuddae nae sonjabajjyo iruhnalguhya..”
(I dried your tears. then I held your hand..)
“Hamkke haejoon geudae ege haengbogeul..”
(I’m going to rise and give you, whose been with me
happiness..)
***
“Kadang aku bisa melakukan hal gila, Nara-ya..”
“Kau memang gila, ‘kan? Dan orang gila memang berhak bertindak gila.”
“Ya~ aku tidak bercanda! Setidaknya seriuslah sedikit.”
“Ahaha~ arasseoyo. Mianhae~ memangnya apa yang mau kau bicarakan? Hal gila apa yang selalu kau lakukan?”
“Membawa gunting ke kelas dan melakukan hal yang tidak biasa..”, jawabnya dengan pandangan muram dan membuat Nara terhenyak untuk sejenak. Masih tak percaya dengan ucapan gadis dihadapannya itu. “Kau..bercanda ‘kan?”
Ia menggeleng lagi, “Aku tak bercanda. Aku memang tak seceria seperti yang terlihat sekarang. Aku..gadis yang berbeda dengan yang kau ketahui selama ini. Kau menyesal ‘kan sudah mengenalku?.”
Nara menyesap milkshake coklat di hadapannya itu tanpa mengatakan apapun. Namun detik berikutnya, ia menggeleng pelan. “Aniya. Gwenchanha. Aku juga suka mencorat coret tanganku dengan pulpen, kadang hingga berdarah. Tapi..biasa saja”, ucapnya dan terkekeh pelan. “Kurasa jika seseorang sedang emosi, dia bisa melakukan apapun. Bahkan hal ekstrim sekalipun. Jadi, yah..tak masalah untukku.”
Gadis itu menggeleng kecil dan memegang tangkai gelas dari jus strawberrynya. “Aku berbeda. Ini bukan sebuah masalah yang bisa diselesaikan dengan ucapan bijaksana seperti itu. Bahkan teman sebangkuku pun langsung merasa merinding setiap kali aku sudah kehilangan kendali dan memainkan gunting itu. Kau pasti akan merasa takut, Nara-ya.”
Nara kembali mendesah kecil dan mengaduk milkshake di gelasnya itu dengan sedotan yang ia pegang. Matanya beralih menatap gelas berisi jus strawberry milik gadis di hadapannya itu.
Strawberry – Chocolate
2 hal yang sangat berbeda bukan?
Nara benci strawberry, sangat amat benci.
Dan gadis itu sangat membenci chocolate.
Tapi entah kenapa 2 hal yang berbeda itu bisa membuat mereka merasa satu.

“Kehabisan kata-kata untuk menghiburku?”, katanya sambil meminum jus strawberry itu dari sedotannya. Nara menggeleng ringan dan mengeluarkan ipodnya kemudian memutarkan lagu Super Junior – Happiness.
“Jika aku jadi teman sebangkumu, aku akan mengeluarkan ipod’ku dan menyodorkan headphone kearahmu. Lalu aku akan bilang, “mau dengar? Ini lagu yang selalu bisa membuatku tersenyum“. Pasti kau akan tersenyum juga sehabis itu. Aku yakin”, ucap Nara sambil memakai sebelah earphone itu ke telinganya dan menyodorkan yang sebelah lagi kepada gadis itu. “Jadi..mau dengar?”, tanyanya sambil tersenyum kecil.
Gadis itu mengambil earphone itu dan memasangkannya ke telinganya. Detik berikutnya, ia langsung terkekeh pelan.
“See? Betul ‘kan? Kau pasti akan tersenyum setelah mendengar lagu ini!”, ucap Nara dengan antusias. Gadis itu menggeleng, “Aku hanya teringat wajah Eunhyuk saat menyanyikan lagu ini. Dia..sangat lucu”.
Nara memanyunkan bibirnya, “Kau beruntung. Aku? Kyuhyun sedang dalam masa pemulihan saat promosi lagu ini. Padahal aku ingin melihatnya ber-aegyo. Aish~.”
Selama beberapa saat, tak ada yang memulai pembicaraan. Keduanya seperti terhanyut oleh lirik dari lagu itu. “Hei..”, tiba-tiba gadis itu berucap pelan dan membuat Nara menoleh ke arahnya dan kembali memfokuskan pandangannya, “hmm?”, gumam Nara.
“Kau tahu kan bahwa setiap pertemuan itu selalu ada perpisahan?”, tanyanya sambil mengaduk-aduk jus strawberrynya. Nara menggumam mengiyakan. Gadis itu melanjutkan ucapannya lagi, “bahwa di balik kata ‘hello..”, selalu akan tersirat kata “goodbye..”. Cepat atau lambat pasti akan terjadi”.
Nara menatapnya dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan, “Oh, c’mon. Jangan selalu membuatku merasa galau. Cobalah untuk berfikir positif untuk sekali saja”, timpalnya.
“Listen, we’re eternal twin, right?”, tanya Nara dengan nada serius. Matanya menatap ke arah gadis di hadapannya itu, “Iya ‘kan?”, tanyanya lagi, seakan mendesak meminta jawaban.
Gadis itu mengangguk kecil, “Aku..hanya takut kehilanganmu. Sahabatku, seseorang yang bisa mengerti aku, seseorang yang..sama sepertiku.”, ucapnya lirih. Nara tersenyum kecil dan menggenggam tangannya dengan erat, “Kau dan aku akan bersama selamanya. Seperti yang kubilang tadi, we’re eternal twin. That’s it”.
“Yes. I’m your twin.”
***
Nara membiarkan otaknya mengulang memori itu. Kejadian bersama ‘dia’, seseorang yang terlalu ia sayangi. Tanpa ia sadari, kini air matanya meluncur pelan dan membentuk sungai kecil di pipinya.
Now playing..
SNSD – My Best Friend
Nara hanya bisa mendengar sayup-sayup dari lirik lagu itu. Lagi-lagi ada hal yang membuatnya teringat padanya..
***
“Aku tak suka SNSD. Mereka terlalu..yah, begitulah.”
Nara mengecilkan volume musik yang melantun dari handphonenya dan menatap gadis itu dengan tatapan santai, “Oh, jinjjayo? Sayang sekali, padahal aku sangat suka dengan Seohyun”, ucapnya ringan.
Gadis itu mengerucutkan bibirnya, “Yah, sebenarnya itu hakmu, sih..”, ucapnya dengan nada berat, seakan masih sulit untuk menerima ucapannya sendiri.
Nara terkekeh pelan dan mengganti lagu di winamp handphonenya itu ke lagu Super Junior – One Love. “Santai saja. Biarpun kau safer, tapi kita sama-sama elf, kan?”, tanyanya. “Menurutku itu yang lebih penting. Kita sama-sama elf. Jadi kurasa tak perlu mempermasalahkan mengenai perbedaan kita.”
Gadis itu mengangguk senang dan bertepuk tangan beberapa kali, “Ah~ rap Eunhyuk sangat keren~.”
Nara langsung menyela, “Suara Kyuhyun lebih keren.”
“Yaa~ Eunhyuk paling keren!”
“Kyuhyun!”
****
“Ini cokelat hangatnya, nona”, tiba-tiba suara pelayan dan suara dentingan gelas yang ditaruh di atas mejanya itu bisa membuat Nara tersadar untuk sejenak.
“Ah, ne. Kamsahamnida“, ucap Nara sambil menyeka air mata di pipinya. Pelayan itu mengangguk kecil dan kembali beranjak ke dapur.
Syukurlah pelayan itu tak bertanya macam-macam saat melihatnya menangis seperti barusan. Nara tak ingin ada pertanyaan lagi mengenai hal ini. Ia sudah cukup muak mengenai semua pertanyaan itu.
***
“Kenapa seperti ini?”
Nara menggeleng, “Entahlah, onnie. Aku juga tidak paham kenapa bisa seperti ini.”
“Tidak bisakah masalah ini dibicarakan baik-baik? Kalian berdua dulu sangat dekat, Nara-ya”, suara Hyori yang terdengar sangat khawatir itu malah semakin membuat Nara merasa kalut.
Gadis itu meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.
“Dia bilang, aku melakukan satu kebohongan. Tapi, aku tak tahu apa kebohonganku sendiri, onnie. Aku selalu berusaha jujur padanya.”, Nara menjawab sambil menggigiti kukunya, sebuah kebiasaan jika dia sedang merasa gelisah.
“Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?”
“Entahlah. Aku juga..bingung.”
****
Dan kini Nara duduk di tempat ini. Sebuah tempat yang selalu membuatnya teringat akan kenangan manis itu.
5 bulan berlalu tanpa terasa. Tak ada telefon, SMS, atau kabar apapun darinya.
Nara bukannya tak memiliki inisiatif untuk menghubunginya duluan. Bukan itu. Ia hanya tak ingin mengganggunya lagi. Dan sejujurnya, Nara tak ingin membuka luka lama itu lagi.
Selama 5 bulan, luka itu mulai tertutupi oleh berbagai kesibukannya di sekolah.
Selama 5 bulan, Nara mencoba tersenyum biarpun senyuman itu belum sepenuhnya keluar tulus dari dalam hatinya sendiri.
Selama 5 bulan, Nara mencoba untuk melupakannya.

Nara menyesap cokelat hangat dihadapannya itu dengan tatapan nanar. Rasa cokelat ini masih sama, tak ada yang berubah. Bahkan untuk sedikitpun, sama sekali tak ada yang berubah.
“Selamat datang”, suara sapaan ramah dari pelayan itu sama sekali tak membuat Nara bergeming dari tempatnya. Ia masih sibuk termenung, memikirkan sesuatu yang bahkan ia masih bingung untuk meruntutkan bagaimana awalnya.
“Satu jus strawberry.”
Hanya satu ucapan itulah yang membuat kepala Nara menoleh secepat kilat. Diarah jam 11 dari tempatnya berada sekarang, sudah ada 2 gadis yang duduk berhadapan dan tertawa riang. Sepertinya mereka berdua sangat asyik dengan pembicaraannya sendiri.
“Kau tak bosan dengan strawberry?”, tanya salah satu diantara keduanya. Tatapan mata Nara masih tak bisa lepas dari gadis yang ditanya itu, 5 bulan berlalu dan..dia sama sekali tak berubah.
“Aku..benci cokelat”, jawabnya singkat. “Dan aku benci dengan apapun yang menyangkut tentang cokelat.”
Nara menyadari jika pupil matanya melebar saat ia mendengar kata-katanya. Nara tak bisa memungkiri jika nafasnya menjadi sesak saat ucapan itu terucap dari bibirnya. Nara merasa..sakit.
“Cokelat itu..aku”, ucapnya lirih dan mencoba untuk tersenyum kecil. “Dan jika kau membenci cokelat, berarti kau membenci..aku. Keurayo?“, tanyanya, seakan lebih pada dirinya sendiri.
Akhirnya Nara meneguk cokelat di gelasnya itu dengan cepat. Sekali teguk. Tak peduli biarpun suhu coklat itu masih sedikit panas, biarlah..akan lebih baik jika minuman itu membakar tenggorokannya.
Oh, mungkin akan lebih baik jika minuman itu adalah racun yang bisa membuatnya mati.
Tapi kenyataannya, minuman yang diminumnya itu hanyalah coklat hangat. Tak akan bisa membuatnya mati, namun hanya membuatnya mengingat akan kenangan itu. Lagi dan Lagi.
Nara menaruh gelas itu di atas mejanya dan menaruh beberapa lembar uang untuk membayar pesanannya itu. Ia bangkit dari bangkunya dan beranjak meninggalkan cafe itu. Tanpa sekalipun berniat melirik ke arah gadis itu.
Nara hanya berjalan lurus menuju pintu keluar dan berharap saat kakinya memijak sebuah ruang di luar restoran itu, maka pada saat itu juga dia akan meninggalkan semuanya. Meninggalkan semua kenangan itu. Membiarkan ia pergi dan hidup di dunianya sendiri, begitupun dengan Nara.
Saat Nara telah berada di luar restoran, ia langsung menghela nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
DDRRTT..DDRRTT..
Handphone Nara bergetar pelan. Ah, sebuah message baru dari chat di blackberry messengernya.
Ririn_Park :
Kenapa sepi sekali disini? Kalian dimanaa?
Haejin_Lee :
Aku sedang luluran, onnie. Ah, nikmatnya. Surga dunia~
Ririn_Park :
Aishh~ curang! Kenapa cuma sendiri?! Aku juga mau ikut!!
Haejin_Lee :
Mau? Kesini saja~ Aku tunggu ya~ Ajak Nara juga
Ririn_Park :
Ah, keurae. Dimana Nara? Naraaa~
Haejin_Lee :
Naraaa~ main yuk..
Ririn_Lee :
Haejinnn~ -__- jangan bercanda..
Haejin_Lee :
Hehehehe~ :3
Nara tersenyum simpul saat membaca isi chat itu. 2 onnienya itu..selalu saja melakukan suatu hal yang membuatnya lupa akan satu hal yang membuatnya sedih.
Nara_Kwan :
Ya, nanti aku menyusul. @Ririn onnie : duluan saja. @Haejin onnie : kalau aku kesana, onnie yang mentraktirku, ‘kan? :3
Ya..
Mulai saat ini, Kwan Nara adalah Kwan Nara.
Ia hidup untuk dirinya sendiri, tidak untuk siapapun.
Dia memiliki dunianya sendiri, dan Nara bahagia dengan dunianya ini.
Ia akan mencoba untuk menata segalanya dari awal, tanpa ‘dia’.
Dan, semoga semua itu berhasil, biarpun Nara itu bahwa itu pasti akan sulit untuk dilakukan.
“Hah~..”, Nara menghela nafas dan tersenyum kecil, “Senang bisa mengenalmu, nona strawberry.”
***
Hanya satu pesan untuk kalian yang memiliki sahabat..
Tidak ada segala sesuatu yang abadi.

Aku tak pernah memaksa kalian untuk selalu menjaganya, karena jika ia memaksa untuk pergi..kau tak punya hak untuk menahannya. Biarpun dengan segala kenangan manis yang kalian miliki berdua.
Nikmatilah ia selagi kau bisa meraihnya dan saat ia memutuskan untuk pergi, maka lepaskanlah. Biarkan ia pergi dan menemui kehidupan lain. Dan biarkan hati kita juga ‘lepas’ dari semua kenangan itu. Temuilah orang lain.
Percayalah bahwa Tuhan selalu memberikan pengganti dari segala sesuatu yang kita telah kita ‘lepas’kan.
Tapi tetap ada satu hal yang tak boleh kau lepaskan.. Kenangan, all memories ’bout you two. Jagalah ia dan biarkan tersimpan rapi dalam kotak pikiranmu. Biarkan kenangan itu menjadi sedikit pelepas rindu saat kau merindukan ia yang telah kau lepas.
Once again, nice to know you, Ms.Strawberry. Always be the precious jewel for your Mr.Anchovy.
And I’m still here, stay.. Just stay.. I don’t know what it means. Is it means I’m still waiting for you? Or is it means I already gave up ’bout ‘us’? I don’t know..
Sorry,
Kwan Nara
-END-

 credit : http://miracleperfection.wordpress.com/

Senin, 21 Februari 2011

promise..

“anak-anak.. selesai istirahat, kita akan mengadakan ulangan matematika” pak kim mengumumkan, anak-anak di kelasku ribut dan…. bel istirahat berbunyi..
Aku mengambil sebatang coklat dan membawanya ke taman, ya.. aku memilih menenangkan diriku dari pada ribut-ribut belajar.
Haahh, disini santai sekali… aku duduk di samping kolam…
“pluk..”
“aww…” sepertinya seseorang melemparkan aku …. apel! Sisa apel..
Arghh.. pasti orang yang disana!
“hey!” aku menegurnya
“hey… waeyo?” tanyanya dengan tampang polos
“ini apa?” aku menunjukkan apel yang mengenaiku padanya
“oh.. itu apel.. aku mau?” tawarnya
“hey! Kau tau?! Kau yang melempari apel ini dan mengenaiku tau?”
“oh…” dia sedikit terkejut “gwaenchana?”
“ne…” aku menangguk
“kau kan berada di dekat tempat sampah.. jadi aku nggak tau itu mengenaimu… mianheyo!”
Dia membungkuk
“ne..”
“ah.. lee hyukjae Imnida! Panggil eunhyuk!”
“park saejin imnida!”
Bel masuk berbunyi… dan, ah! Ulangan matematika! Aku lupa, aku asik ngobrol dengan eunhyuk!
Hfff… aku berusaha tenang…
Ulangan metematika ini cukup gampang bagiku… tapi, kenpa aku jadi memikirkan eunhyuk! Di bayanganku hanya ada senyumannya yang manis… aissshh! Saejin, apa yang kamu pikirkan???!
***
“hey! Saejin!!” seperti ada yang memanggilku
“berhentilah..” oh.. ternyata eunhyuk..
“kau, rupanya”
“hh….hfff.. gimana ulangan matematikamu?” katanaya dengan nafas yang tidak beraturan “kau memikirkan aku terus ya…”
“hah..!? tidak mungkin, mungkin pikiranku jadi nggak beraturan..” candaku… tapi kok dia bisa tau ya? “kok kamu bisa tau kalau aku ulangan metematika?”
“hahaha… kau berbicara dengan lee hyukjae!” candanya
“kau mau ke toko coklat” tawarnya
“ne!” dengan pasti aku menjawabnya
Aku bercanda sambil berjalan menuju toko coklat, tidak jauh dari sekolah kami
***
Hhahh.. senyumannya… mengingatkanku dengan umma…
umma!? Apa umma senang berada disurga??
Setidaknya masih ada dia… sebagai pengganti umma…
“eumm.. kamu bisa nge-dancekan?” tanyanya
“hehehe…” aku hanya cengengesan
“tunjukan padaku!” pintanya
“apa kau gila!? Ini di jalan..” kataku
“hehehe.. baiklah, aku tunggu waktu yang tepat!” katanya..
Oh.. umma, senyumannya mengingatkanku padamu… sesosok malaikat yang selalu melindungiku dari keluarga neraka ini…
“apa kehebatanmu?” tanyaku
“umm…” katanaya seolah-olah berkata tebak-saja-sendiri!
Hehe.. aku melihat ada sketch book yang nongol di tasnya
“sketch book” aku menyindirnya
“mwo?” tanyanya
Aku mengambil sketch book nya
“hey!”
“hehehe..”
“yup… sampai!” akhirnya aku dan saejin sampai di toko coklat
Woww.. sepertinya hari jumat memang sedikit spesial…
“aku pesan cake coklat dan coklat panas..” katanya pada pelayan
“aku cheese cake dan coklat panas juga” kataku, udara hari i9ni cukup dingin
“annyeong, chingu…! untuk memeriahakan hari ini, ada yang mau tampil kedepan?”  tanya seseorang laki-laki di atas panggung
****
Eunhyuk berdiri… dan, menuju panggung!
“annyeong haseo… enuhyuk imnida….!”
Dan eunhyuk membisikkan seseuatu pada pemain piano
“Neul barago ijjyo hangsang geogieseo wooseumjitgireul, Ddeut moreul ohaewa iyoo eobneun miwoome himi deureodo, Deo meon goseul bwayo ije shijakijyo woolgo shipeul ddaen naege gidaeyo, Boojokhajiman geudael jikilgeyo, Sarangeun geureohke cheoeum soonganbooteo chajawa gajang gipeun gose narawa nal ddeugeopge hae
Byeonhaji anhneun ddeollim geudaeneun,
Shining Star! like a little diamond, makes me love
Naegen kkoomgyeolgateun dalkomhan misoro nal barabomyeo soksagyeojweo hangsang hamkke halgeora till the end of time,
Shining Star taeyangboda balka haetsal gateun geudae nonbicheun naege hyooshigeul jweo
Jichyeoisseul ddaen nae mameul balkhyeo jweo Promise midgiro hae eonjedeun ne pyeoni dweyeojoolge
Noogooboda deo keun sarangeuro ni jageun eoggae gamssajoolge”
Hah!? Dia menyanyi… dan, itu bagus!
Dia membungkukan tubuhnya… pengunjung di cafe ini bertepuk tangan!
Dan… sekali lagi!
“Neo gateun saram tto eopseo juwireul dureobwado geujeo georeohdeongeol eodiseo channi
Neo gatchi joheun saram neo gatchi joheun saram neo gatchi joheun ma eum neo gatchi joheun seonmul
Neomu dahaeng iya aesseo neorel jikyeojul geu sarami baro naraseo eodiseo channi
Na gatchi haengbokhan nom na gatchi haengbokhan nom na gatchi unneun geureon choegoro haengbokhan nom
Itjanha jogeum aju jogeum na sujupjiman neon molla sokeun taeyangboda tteugeoweo nae mam jom arajweo
TV show-e na oneun Girl deureun mudae-eseo bichi nandedo neon eonjena nunbushyeo Naega michyeo michyeo Baby
Saranghandan neoui mare sesangeuk da gajin nan You & I, You’re so fine neo gateun saram isseulkka
Saranghae oh, negeneun ojik neoppun iran geol babo gateun na-egeneun jeonburaneungeol arajweo” kali ini dia nge-dance!
Woww… hebat juga dia
“hei, liat! Aku dapat tiket makan!” katanya bangga “aku sudah menunjukkannya kan?”
“eh… ah, ne!”
Hah… dia sangat manis…
mwo! Aduh, saejin kenapa kau bisa begitu!!
“kenapa kau melihatku seperti itu? Apa senyumku manis” katanya dengan pede
Tapi… benar juga sih, hehehe
“hah!? Mana mungkin!”aku nggak mau mengakuinya
*skip*
“saejin! Apa kerjamu hanya menggambar?” bentak appa
“ne.. itu memang hobiku” kataku santai “appa nggak berhak mengaturku!”
“plak”
aku… ditampar  oleh aappa!
“kau tau? Ini semua untuk kebaikanmu! Lihat unni mu!! Dia sukses, dia bahagia sekarang! Dan.. dia tidak membebani appa dan umma! Kau tau??” kata appa
“itu bukan berarti appa bisa melarangku, melakukan hobiku!!” bentakku
“apa gunanya hobi menggambarmu ini hah?? Apa berguna untuk mesa depanmu??” tanya appa
“lalu, apakah appa masih peduli padaku!? Appa selalu sayang pada unni!! Apa gunanya appa melarang hobiku kalau aku tidak dipedulikan appa???” bentakku.. air mataku pun menetes
“jika ada umma disini…” air mataku nggak bisa aku tahan lagi
“jangan bawa nama umma mu disini!” bentak appa
“waeyo.. appa?? Apa dia, yang mempengaruhi appa?” kataku(snyum licik) menunjuk ibu tiriku yang appa nikahi stelah umma meninggal
“saejin!” appa membentakku
“mungkin aku harus menyusul umma ke surga! Hidup bahagia dengan umma! Dan appa akan bahagia dengan dia kan??” tanyaku
“saejin…” “plak” appa menamparku lagi
“apa aku berguna disini??” kata saejin
“lebih tepatnya kau hanya merepotkan disini!” bentak appa
“ne.. mungkin lebih baik kalau aku pergi dari rumah ini kan??” kataku
Aku sedikit gemetar, appa sedikit terkejut “siapa yang memperbolehkan appa masuk kamar ku?” appa menutup pintu kamarku dan pergi
Lebih baik aku kabur dari sini!!
Aku memberesakan pakaian di tasku, buku-buku dan alat tulis, tak lupa alat gambar..
Hah… aku harus melihat tabunganku…
Yah.. aku rasa ini cukup 600 ribu won…
Aku segera keluar dari kamarku
“saejin jangan pergi..” pinta umma
“hah.. apa umma yakin?? Kekayaan appa bisa umma dan unni miliki! Aku sudah bukan anggota keluarga ini lagi!” kataku
“saejin…” aku menangkap tamparan appa..
“appa nggak perlu nampar aku! Aku akan pergi! Dan itu nggak buat appa repotkan??” kataku
Aku melangkah keluar rumah ini… rumah penuh kenangan SAAT DENGAN UMMA KU YANG SEBENARNYA!
Entahlah aku harus berbuat apa sekarang… ah, eunhyuk!
“yoboseo?”
“ah, eunhyuk?”
“ne.. nugu?”
“aku, saejin!”
“ah, saejin… waeyo?”
“ada waktu? Aku ingin bertemu”
“Ne.. di kafe coklat biasa??”
“ne.. secepatnya ya.. annyeong”
Piip… aku menutup telefon ku
*skip*
“saejin! Kenapa kau membawa tas… saejin??” eunhyuk sedikit kaget
“ne.. aku sudah memutuskannya”
“saejin! Pikirkan, kau mau tinggal dimana??” katanya khawatir
“hyuk! Aku lebih memilih tidak punya tempat tinggal tapi bisa menjalankan hobiku dari pada tinggal dirumah mewah tapi ada yang melarang hobiku!” bentakku yang masih terbawa emosi “ah… mianhae hyuk”
“mmm.. aku tau posisimu, aku punya kenalan, dia pemilik apartemen, memang sih, ga begitu bagus tapi itu sangat murah, dan mungkin kita bisa mendapat potongan harga” tawarnya
“tapi mungkin uangku nggak cukup” kataku pasrah
“tenang! Kita bisa nyari kerjaan!” hiburnya
“ne.. baiklah, bisa antarkan aku kesana?” tanyaku
“ne.. ayo!”
Kami sampai di apartemen yang eunhyuk maksud
Lumayan, aku mendapat potongan harga
“saejin, istirahatlah dulu, besok kita sekolah… akan aku jemput!” katanya dia menutup pintu, yah.. aku harus membersihkan apartemen ini…
Huhh.. aku sangat lelah, pukul 5 sore…
ah, aku lapar..sebaiknya aku cari bahan untuk masak, tapi diluar hujan deras…
Teeet…teeet…
Aku membuka pintuku
“hyuk!” ternyata eunhyuk, dan dia kehujanan!
“hai..” katanya mengigil
“kau ini!” aku sedikit khawatir, lalu pergi mengambil handuk untuk mengeringkannya dan menyiapkan air hangat
“aku membawakanmu ini” katanaya menyerahkan… sepertinya bahan-mahan untuk masak
“babo! Kau hujan-hujanan hanya untuk ini!” kataku mengeringkan eunhyuk yang basah
“hahaha… aku khawatir kau sakit, hacimmm..” dia bersin
“babo! Kau yang membuatku khawatir…” MWO! Aissh… saejin….. babo! “kau..kau… kau bisa sakit tau, lalu siapa yang mau… umm, menagtarkanku sekolah??” ah… aku jadi gelagapan gini!
“hacimm… ah”
“eunhyuk, gwaenchana?” tanyaku khawatir
“ah.. ne, ini Cuma flu biasa”
“oh, ini… airnya sudah siap, biar bajumu kering..”
“saejin..” dia menatapku….. “ah, mian…engg, mianhae merepotkanmu”
“kau ini! Cepat sana, jemur bajumu, aku akan masak” kataku… tapi, kenapa aku jadi kayak gini!!
Ah, ada rameyon instan..
“eunhyuk, kau mau aku masakan apa?” tanyaku..
….

“hyuk?” dia tidak menjawab…
Aku segera berlari menuju kamar mandi…
“hyuk!!” aku melihat eunhyuk pingsan di pintu kamar mandi!! “hyuk!!”
Ah… dia sangat berat, tapi aku mengusahakannya
Aku menidurkannya di tempat tidur, dan mengompresnya..
Tapi… kenapa aku khawatir ya..!?
Ah, aku lapar… sebaiknya aku masak untukku dan hyuk
Hahh… dia belum sadar…
Hehehe.. dia manis juga kalo dalam posisi tidur gini..
Tanpa sadar aku menyentuh pipinya
HUWAAA… APA YANG KAU PIKIRKAN SAEJIN… AHHHH, EUNHYUK.. MIANHEO!!!
Hoamm… aku ngantuk…
Eh, lo… kok aku tidur dan… kenapa aku bisa di tempat tidur?? Bukannya aku tidur di kursi di sampingnya eunhyuk??
“kau sudah bangun??”
Eunhyuk???
“hyuk? Bagaimana bisa..???”
“hehehe… sudahlah, kau terlihat lelah, makanlah.. aku sudah izin guru kok!” katanya
Dia sudah menyiapkan makanan!
“gomawo hyuk, tapi kamu pucat banget!!” kataku… ah, tapi aku sedikit pusing!
Eunhyuk nggak nanggepin
“enak ga?” tanyanya
“ne! Ini enak!” kataku
***
eumm… dia… hhh, perasaan apa ini???
“hyuk? Bisa kau tidak melihatku seperti itu??”
“eh…. ah, ne!” kataku… duh, eunhyuk! Babo! “ah… makanlah”
“hei! Kau juga harus makan!” perintahnya “bukannya yang sakit itu kamu ya!?”
“ah, ne…”
“saejin, gwaenchana?” tanyaku
“ne.. gwaenchana” “lo! Harusnya aku yang nanya gitu! Gwaenchana?” dia tersenyum… omoo, senyumannya
“oh iya, lalu.. appamu nggak khawatir?”
“ah.. gwaenchana… appa nggak mungkin ngawatirin aku” kataku sedikit kasal “jangan bawa-bawa nama appaku!”
“ah, ne… mianhae” katanya
“saejin… gomawo, udah khawatir sama aku!”
“ah, ne! Hah.. itu juga salahmu hujan-hujanan hanya untuk mengantarkan ini…”
“hehehe… mianheo, anggap aja masakan ini untuk balas budi”
“ah.. nggak-nggak, aku Cuma bacanda kok, tenang aja..”
***
“aku berjanji akan melindungimu!”
Deg! H-hy-hyuk!?
“berjanjilah…” dia mengulurkan kelinging kanannya “jangan pernah tinggalkan a….”
Blukk!
Oh! Eunhyuk pingsan-lagi!!!
Hah!! Dia sangat panas!!
Aku kambali membaringkannya ke tempat tidur dan mengompresnya
“s-saejin?!” ah, dia sudah bangun!!
“ah, syukurlah hyuk…”
“saejin?” katanya
“ne… waeyo?” aku segera duduk di sampingnya
“kau masih ingat janjiku?” tanyanya
“babo! Istirahat dulu, hyuk!” kataku.. tapi aku ingat betul janjinya
“berjanjilah saejin…” katanya “jangan pernah tinggalkan aku, hanya kau yang aku punya”
Deg! Dia mengatakan lagi!
“ne… dan berjanjilah untukku, jangan hanya melindungku… tapi jangan pernah kau meninggalkanku!” aku membalas uluran jari kelingking hyuk..
“saejin… sarangheo…”
Deg! M-mwo-o..?? n-nga-ak- nggak mu-mung-kin..
“hyuk…” “mianhae… tapi…”
“ne, gwaencana… aku nggak minta kamu buat jawab sekarang… setidaknya, aku sudah mengatakannya…” katanya… eunhyuk jatuh dipelukanku… dia masih panas…
*skip*
Saejin… sarangheo….
Arghhh… kata-kata itu masih membayangi pikiranku
Tapi… sebenarnya… aku… ahhh, lupakan
Yah, walaupun begitu eunhyuk tetap bersamaku selalu…
Aku sangat senang…
Dia juga sering mengunjungi apartemenku….
Dan, kami bekerja di toko coklat
..aku sudah berjanji padanya… ‘aku tidak akan meninggalkanmu hyuk….’
Dia satu-satunya orang yang berharga bagiku…
Mungkin Tuhan menurunkannya atas permintaan umma…
..untuk membuatku tersenyum dan bahagia….
Mungkin.. aku sudah memutuskannya… aku berharap dia tidak akan mengecewakanku…
Aku mengirim pesan kepadanya untuk menemuiku di kafe coklat…
***
Huhh… aku harus segera cepat, aku nggak mau membuatnya menunggu terlalu lama…
Ah, mungkin aku harus membelikannya bunga! Barangkali.. dia memberikan jawabannya sekarang!
Aku berjalan menyebrangi jalan…
Itu dia saejin, dia telah menunggu
Aku menybrangi jalan besar yang sepi…
Tapi….
***
Ah.. aku ada firasat… tapi, ah… aku harus positive thingking!
BRUAAK!!!
Ow… sepertinya ada tabrakan di depan jalan kafe ini… kasian… pasti mereka nggak berhati-hati..
Duh… eunhyuk kok lama banget ya!?
***
“hyukjae kehilangan banyak darah… sedangkan persediaan darah tipe milik hyukjae sudah habis…” dokter tertunduk lemas
“ahjussi… aku mohon…” kata kyu, yang merupakan teman hyukjae “ahjussi bisa memberi kabar pada rumah sakit lain kalau persediaan darah disini habis!”
“ahjussi sedang mengusahakan”
“ahjussi! Ini mengenai hidup dan mati seseorang! Ahjussi nggak bisa diam gitu aja” kyu masih mengusahakannya
“kyuhyun…” panggil sesorang suster
“ne..” katanya
“kau dipanggil hyukjae..” katanya
Kyu langsung pergi kekamar, dimana, eunhyuk dirawat
“hyuk!!”
“kyu… bisakah kau…” katanya pelan
“mwo?” tanya kyu
“tolong serahkan ini pada saejin… kau taukan?…” kata eunhyuk dan menyerahkan sebuah amplop dan bunga
“ya! Eunhyuk… kau harus bertahan…” “tapi… kau masih sempat-sempatnya…”
Piiiipp——-
“HYUKK!!!” kata kyu panik “AHJUSSI, DOKTER… SUSTERRRR!!!”
“maaf kyu…” dokter menepuk pundak kyu dan meninggalkan kyu…
***
Hyuk… tapi, kenapa harus eunhyuk…
Ah, tanpa sadar aku meitihkan air mataku
Saejin! Eunhyuk… mungkin dia orang yang dicintai eunhyuk
“eunhyuk!! Kau… kenapa kau tidak da…”
“ini bukan eunhyuk! Bisa kau datang di rumah sakit chungnam, di kamar ICU?? Kau akan menyesal jika tidak datang!! Anyeong”
***
Hah? Apa maksudnya… ah, sebaiknya aku datang…
Kasian orang yang tertabrak tadi… darahnya masih berceceran di jalan (=.=*) dan ada sepaket bunga disitu… sepertinya di mau menemui…….
“hh.. hfff…” aku telah sampai dipintu ICU setelah berlari-lari
“kau saejin?? Kyuhyun imnida.. yang tadi menelponmu… jangan banyak tanya ikut denganku” katanya menuntunnya, bahkan dia nggak ngasih aku waktu buat bicara..
Tapi, perasaanku bener-bener ga enak!
Deg!!
“hyuk…”
“ah, saejin… sadarlah!” kata seseorang.. dan itu kyu
“hyuk… eunhyuk…” kataku aku menangis sejadi-jadinya di pelukan kyuhyun(O_o)
“saejin… tenanglah…” kyuhyun memelukku
“antarkan aku… hiks… melihat.. hyu…” ah, bahkan aku nggak kuat ngucap namanya
“eunhyukk!!!” aku menagis memeluk eunhyuk yang terbaring kaku di tempat tidur rumah sakit “s-sarang h-eo…”
Hari ini adalah pemakaman eunhyuk…
Rasanya aku marah pada Tuhan, kenapa dia mengambil, keduanya… umma dan sekarang… eunhyuk!
“saejin.. ayo” ajak kyuhyun
“.. eunhyuk, kenapa harus dia…” aku menangis dipelukannya (lagi O.o)
“ayolah saejin… kau harus terima… ini kenyataan” kyu mengelus pundakku (-_-)
“aku bahkan belum meberi jawaban pada eunhyuk… tapi… kenapa Tuhan mengambilnya! Dia milikku satu-satunya yang paling berharga!” kataku dan terus menangis
“aku yakin ini yang terbaik untuk kita semua” kata kyu berusaha menenagkanku
“aku sudah berjanji padanya untuk tidak meninggalkannya… dia juga telah berjanji mau melindungiku dan nggak ninggalin aku! Tapi apa buktinya…. dia nggak nepatin janjinya…” aku memukul kyu, aku nggak tau harus marah dengan siapa
“saejin… aku juga berat meninggalkannya, dia sahabat terbaikku.. kau tau seberapa baiknya dia… seberapa cerianya dia!? Aku yakin dia selalu ada di hati kita…”
“dia lebih dari sekedar baik, dan ceria… dia mengingatkanku pada umma…” aku tetap menangis
“ayo.. upacara pemakamannya sudah dimulai”
Kyu mengajakku ke upacara pemakaman eunhyuk… aku masih menangis sambil memeluk kyu.. (T,T)
Upacara pemakaman udah selesai…
“saejin… ni, dari eunhyuk sebelum dia nggak ada…”
Kyu menyerahkan sebuah amplop dan bunga…  dan, itu dari… eunhyuk
Aku menangs lagi
“bacalah itu.. mungkin bisa menenangkanmu… jangan terlalu bersedih”
Aku membuka amplop dari eunhyuk… ternyata selembar surat
“dia masih mbela-mbelain buat suat itu… ckckck” komentar kyu
Dear, saejin…
Annyeong saejin…
Aku tau saat kau membaca surat dariku ini aku sudah nggak ada..
Kau tau aku pergi kemana?
Kedalam hatimu…
Aku tau aku nggak bisa menepati janjiku padamu…
Tapi…
Aku pergi kedalam hatimu untuk selalu bersamamu.. dan melindungimu
Walaupun nggak sepenuhnya aku melindungimu tapi kamu nggak bakal kesepian… karna aku akan selalu bersamamu
Aku bakal sedih kalau kamu nangis terus…
Don’t cry saejin
Aku yakin akan ada penggantiku disisimu dan aku tau siapa dia…
Berjanjilah…
Jangat lupakan aku…
Jangan menangis…
Aku harap kau bisa menepati janjimu…
Dan, aku masih ingin tau apa jawabanmu…
With love,
Lee hyukjae
Lagi… aku menangis setelah membaca surat itu
“eunhyuk saranghae… aku akan pegang janjimu itu….” kataku…
“saejin…” aku mendengar suara hyuk… aku terbayang eunhyuk yang selelu ceria… senyumannya yang manis…
1 tahun berlalu…
Mungkin, aku sudah menemukan pasangan hidupku… aku harap itu yang dimaksud eunhyuk… kyuhyun…
Dan kami telah mempunyai anak…
Aku menamakannya hyukjae…
Dan aku tak pernah melupakan janjiku pada eunhyuk…
Aku tidak akan melupakan kau… dan akan menjadi saejin yang ceria!!
~END~
by: cho myungdae
http://superjuniorff2010.wordpress.com/